1930 dunia pasca guncangan pertama mortar-mortar negara yang mengangkat senjata berdiri bersuara, hiburan sebelum prajurit turun gelanggang sebagai bagian dari berperang hanya meliputi otot, beer, tembakau dan selangkangan perempuan. Berjalan menuju deck kapal yang mengarah ke pantai normandia untuk serangan terakhir siapa yang nantinya akan di cap sebagai bedebah di masa (depan) di setiap buku sejarah. Lalu era dimana di sebagian dunia menata wajahnya karena berabad di jajah. Negara koloni yang mencari muka pada yang bermuka dua. di barat sana manusianya berpakaian sarat makna juga ikat kepala dengan ganja dan wanita. Berjemur pada alam seraya menari seirama nada. Menyatu dengan setiap molekul kehidupan yang ada. Meresapi semua. Dan menyembah sound saat Jim Morrisson menyapa. tak jauh di sebelah mobil vw mereka ada remaja sebayanya teler oleh selinting ganja dengan di iringi alunan bob marley yang ternyata nantinya pun akan di bawakan oleh fantasi banyak remaja pria dengan wajah menawan, suara yang menggairahkan sempurnya paha dan dada wanita bernama rihanna
1980 tak menyajikan banyak pembeda. Alunan koboy pasca era keemasannya masih sesekali menampakkan suara di tengah bisingnya industri nada. Mereka yang berdasi berkelompok bermusik bagai pastor yang orgasme di atas panggung sesaat sesudah bersenggama dengan suster berkacamata, bersalibkan doa. Pertengahan jalan bagi anak muda berambut jabrik dan sepupunya yang memakai jaket penuh emblem dimana mana. Serta bab tengah bagi hip hop head yang setia berselera pada wu tang, nwa, tupac hingga eminem yang bertutur penuh amarah.
Itu mereka, itu dulu dan mungkin akan kami lupakan begitu saja tanpa memberikan janji bahwa tak akan mengingatnya sesekali sebagai pembangkit tipis detak nadir nostalgia.
Di eraku sejak baru mengenal blink 182 mempopulerkan punk kepada dunia dalam kemasan yang berbeda hingga saat ini seperti saat caspian menghujam ku sekeras misil misil hisbullah musik bukan hanya seperti berdasawarsa sebelumnya. Yang penuh alat dan pemainnya. Kini cukup dengan instrumen dasar seadanya tanpa di perkosa elektronika. Cukup getir nada gitar, detak jantung pada drum, dan kebijakan bass yang mempertebal makna. Keyboard, harpa dan biola membantu sebisanya. Tapi menyajikan apa itu nada yang sebenarnya, dengan sopan mengantarkan kita menuju bawah sadar sebelum kemudian merasa tenang dan otak terisi dengan keluarga, doa, dan sesama. Pencerahan sempurna yang tak pernah memasukkan terlalu banyak kata dan tanpa sederet kalimat yang bisa di dapat kapan saja dalam nama post rock.
Jika tidak percaya coba saja hitung jika bisa berapa banyak penjelasan dan nama dalam bahasa dan tafsiran yang berbeda beda untuk satu saja makna tuhan yang sama. Tuhan. Iya Tuhan, Tuhan yang tak bisa di jabarkan dengan kalimat dan angka. Tuhan yang memiliki keistimewaan untuk segala hal istimewa dan lagipula memang sudah seharusnya keterbatasan tak boleh dan tak sewajarnya menerbataskan sang pencipta keterbatasan segala yang ada. Kalimat, kata, pada setiap huruf dan angka tak akan sanggup menjelaskan karena penjelasan seperti itu menodai apa yang tertulis di hati kita sebenarnya. Karena kata memenjara makna