-Radiohead? Kenapa Radiohead? Kenapa bahas Radiohead?
Kalau dengan membaca judul postingan ini membuat mu bertanya seperti itu maka
sebaiknya tunggu dulu. Sebaiknya sebelum melanjutkan membaca ini kamu bisa
mendengarkan lagu-lagu Radiohead “saat ini” seperti Bloom. Repeat, dengarkan
paling tidak 3x lalu periksa lagi album lama mereka yang masih kamu miliki, dengarkan
salah satu lagu di era awal kemuculan mereka yang masih berhiasakan distorsi Rock.
Creep misalnya. Daaan bandingkan-
Selain Radiohead sebenarnya aku masih punya beberapa
nama band / musisi yang menurutku adalah “Childhood Heroes”. Seperti Motorhead,
Blink 182, Limb Bizkit, Linkin Park, Incubus, SUM41, Greenday, The Offspring,
RHCP dan nama-nama lain yang mungkin akan memakan terlalu banyak karakter jika
aku sebutkan semua. Menurutku anak laki-laki kelahiran 90-94 tak mungkin bahkan
bisa ku pastikan dia berbohonng jika berkata tak mengenal paling tidak salah
satunya. Taruhlah Stay together for the kids, salah satu nomer paling dikenal
milik Blink 182 sebagai himne pada kejayaan MTV yang sekarang digantikan acara
musik pagi dimana kualitasnya bisa dibilang sudah kelewatan buruk seperti dahsyat atau inbox. Fat Lip milik
SUM41 yang mengawali kegilaan kita mengenal Guitar Hero atau Basket Case nya
Greenday yang tanpa sadar selalu mengalun saat kita mengejar trick-trick susah
pada game Tony Hawk / BMX di Ps2 dan aku yakin kamu akan bersing a long dengan
lagu-lagu itu. Jika tidak!? Mungkin masa kecil mu memang sudah tak tertolong. Lebih
dari itu mungkin kamu mengidolakan salah satunya.
Radiohead menjadi bahasan ku karena mereka adalah
salah satu idolaku. Di samping banyak sekali alasan, selain tentunya melihat
betapa hebatnya karya-karya mereka, idealisme mereka sebagai musisi Rock yang
susah di tebak, nyeleneh, eksperimental, dan atribut-atribut yang rasanya tak
akan pernah bisa di maknai dengan benar oleh anak sekarang yang tumbuh dengan
menyaksikan Bieber menggantikan Jackson, Tupac di gantikan Eminem, dan Snoop
Dog menyatakan bahwa dirinya adalah reinkarnasi Bob Marley lalu berganti nama Snoop Lion. Parah! Lebih gak mungkin lagi kelihatannya.
Radiohead sekarang mungkin sudah jauh sekali berbeda
jika dibandingkan dengan Radiohead dulu. Kalian mungkin berasumsi; Radiohead
tak berhak untuk terlalu banyak melakukan perubahan pada musiknya. Mungkin juga
tak rela menyaksikan Radiohead yang pada awal kemuculannya sempat di anggap
sebagai penerus tahta Psychedelic Rock milik Pink Floyd lewat album OK Computer
menjadi seperti sekarang, mungkin tak tega menyaksikan perubahan yang terlalu
habis habisan pada Radiohead yang sempat mengobrak abrik era boyband 90’ serupa
kegilaan Rock David Gilmour dkk yang menyampaikan bagaimana tebalnya linear
antara kematian dan agama lewat “The great gig in the sky” di era hippies. Menaruh
simpati pada Radiohead yang mengajarkan dan menyadarkan bahwa hidup tak hanya
tentang masalah perasaan vertical pada sesama saja. Lebih dalam lagi
mengeryitkan dahi untuk Radiohead yang sempat tiba-tiba seperti kerasukan arwah
Kurt Cobain pada album Pablo Honey. Juga ingin meneriaki secara tertahan pada Radiohead
yang memberikan paket musik urakan namun sopan dalam dua album The Bends dan
Fake Plastic Trees. Karena rasanya telinga kita akan baik baik saja jika mereka
tetap berkarya sebagaimana mereka dulu. Rasanya kita akan tetap menempatkan
mereka sebagai “Radiohead” walaupun tanpa banyak inovasi seperti yang kita
saksikan. Tapi nyatanya mereka sekarang seperti yang bisa kita lihat pada video
klip Lotus Flower. Yaaa seperti itulah.
Aku sendiri sebenarnya tak begitu mengikuti Radiohead
di luar album-album di atas. Alasannya karena sebelum kegilaan ku pada Radiohead
kembali sekitar 2 tahun lalu, aku sempat menyibukkan masa SMP – SMA ku dengan
mencari angin pada banyak sekali genre musik. Mulai dari membaca kisah-kisah
Joe Strummer / Sid Vicious yang menjadi missionary ajaran bernama Punk.
Meminjam ( baca : mengambil paksa) beberapa kaset tape band band Rock milik
mbak Lia. Sempat memasang poster Led Zeppellin, Queen, Beatles, bahkan Pantera
di kamarku. Pernah tak sengaja membeli CD Efigy of the forgotten dari
Suffocation yang bisa dibilang sebagai awal kecintaan ku pada death metal. Sempat
sibuk membuka browser dan opera ini untuk mencari referensi dan membaca sejarah
folk pop. Bahkan sempat berkenalan dan mengenal dekat post Rock. Jadi Radiohead
bisa dibilang sempat hilang dari daftar playlist di hp ku. Tapi ketika tau
mereka masih ada, walaupun dengan karya-karya yang sudah sama sekali berbeda
dari yang aku kenal dulu aku bersyukur masih bisa menerima mereka sebagai Radiohead
Bermula pada suatu malam di 2012 saat sepupuku Anind (orang yang selalu nanya apa dia gendut.
Padahal mugkin berat badannya gak lebih dari 5 slop Marlboro) sedang patah hati
tiba-tiba sudah duduk di depan rumah, aku tau niat akhirnya sih curhat. Tapi
ngomongnya kebetulan lewat dan mau ngajak
ngebeer ( iya dia memang se licik itu). Sebenernya ga ada yang istimewa
dari bahan obrolan, atau lebih tepatnya ratapan ratapan Anind, tentang kisah
patah hatinya. Atau Anind nya sendiri. Cuma aja setelah beberapakali sesi
membosankan dan beer kalengan yang ENGGAK DINGIN yang di bawa Anind hampir
habis, playlist random di hpnya memutar Nude yang akhirnya aku tau adalah
salah satu lagu Radiohead dari album In Rainbow. Dan komentar ku saat itu
seperti; kok enak, lagu siapa nih? Karakter vocalnya kok mirip Thom York? Dan
seperti biasa, dengan pilonnya Anind menjawab; gak tau siapa yang kamu maksud,
tapi yang jelas ini lagunya Radiohead (bukti
kalau anak sastra ga selalu lebih pintar dari anak komunikasi. Oh ya yang anak sastra
Anind). Setelah itu aku sudah tak
menganggap penting apa bahasannya Anind atau Anind nya sendiri, tangan dan mata
ku fous ke hp mencari-cari album Radiohead yang sempat ku lewatkan. Aku
download beberapa lagu, pake headset. Kelar deh… habis itu Anind pulang dan aku
jatuh cinta semalam penuh pada Nude, hingga esok harinya, hingga dua hari
kemudian, hingga satu bulan kemudian, dan hingga dua tahun kemudian. Hingga
sekarang.
Memaang, mungkin akan aneh jika mengingat bagaimana
mereka dulu. Akan janggal jika hanya melihat bagaiamana mereka yang sudah kita
labeli sebagai band Rock dengan sound
yang khas, mereka yang dipimpin oleh seorang vocalis yang kharismatik yang
dimana beberapa personilnya sendiri pernah bosan dengan ketenaran lagu Creep
kemudian berikrar untuk tak membwakan lagi lagu tersebut pada show show nya,
memberikan Bloom dengan nuansa out of space nya seperti sekarang. Lebih aneh
lagi jika mengingat Radiohead adalah satu dari sedikit band yang tetap eksis
dengan personil yang itu-itu saja. Yaa memang akan wajar jika sebuah band mengalami
perombakan musik saat 1 atau 2 personilnya hengkang, tapi Radiohead? Mereka
bahkan tak pernah memberi nama baru pada tubuh bandnya. Yang itu berarti mereka
bukan lah band yang suka bongkar pasang personil. Radiohead juga bukan band nir
instrument seperti kelompok-kelompok musisi kekinian. Mereka memiliki 2 gitaris
tetap, bahkan Thom York memiliki kemampuan yang mumpuni untuk mengacak-acak
karyanya sendiri dengan petikan british
anehnya yang kadang over improve. Bukan hanya itu saja, Johnny Greenwood malah
bisa dikatakan salah satu gitaris hebat yang lahir dari eranya. Aku rasa
namanya sejajar jika di sandingkan dengan Mark Tremonti, Tim Amstrong, Tom
Morello, Wes Borlan.
Tapi jika
hanya melihat mereka dari beberapa hal tersebut aku tak akan pernah bisa
menikmati Nude seperti sekarang. Keheranku pada perubahan Radiohead memang tak
berlangsung lama karena aku sadar tetap harus menerima mereka sebagai salah
satu childhood heroes ku, sebagai salah satu band yang ku puja dan
menyelamatkan masa kecilku dari Westlife / Backstreet Boys.
Aku sadar pada akhirnya akan tetap menambahakan
lagu-lagu mereka pada playlist favorit di hp ku. Aku harus memaklumi bagaimana
batas kreasi mereka ternyata jauh melebihi pola pikirku yang sempat memandang Radiohead
hanya sebagai band Rock. Maka aku tetap menerima album-album mereka yang orang
bilang aneh, nyeleneh, terlalu modern, analog dll untuk rasa terimakasih ku
atas karya karya mereka terdahulu. Dan sebagai fans, aku tetap bisa menikmati
lagu-lagu Radiohead baik yang seperti Karma Police ataupun yang seperti Bloom
karena aku sudah tak melihat Radiohead hanya dari segi band Rock. Aku sadar
mereka lebih dari itu dan memang seharusnya mereka tak hanya di pandang dari
sisi itu saja, mereka lebih dari itu semua. Radiohead melebihi banyak hal yang
orang perdebatkan tentang bagaimana mereka seharusnya. Karena mereka Radiohead!