Saturday, October 11, 2014

Radiohead; Bloom Idioteque




-Radiohead? Kenapa Radiohead? Kenapa bahas Radiohead? Kalau dengan membaca judul postingan ini membuat mu bertanya seperti itu maka sebaiknya tunggu dulu. Sebaiknya sebelum melanjutkan membaca ini kamu bisa mendengarkan lagu-lagu Radiohead “saat ini” seperti Bloom. Repeat, dengarkan paling tidak 3x lalu periksa lagi album lama mereka yang masih kamu miliki, dengarkan salah satu lagu di era awal kemuculan mereka yang masih berhiasakan distorsi Rock. Creep misalnya. Daaan bandingkan-





Selain Radiohead sebenarnya aku masih punya beberapa nama band / musisi yang menurutku adalah “Childhood Heroes”. Seperti Motorhead, Blink 182, Limb Bizkit, Linkin Park, Incubus, SUM41, Greenday, The Offspring, RHCP dan nama-nama lain yang mungkin akan memakan terlalu banyak karakter jika aku sebutkan semua. Menurutku anak laki-laki kelahiran 90-94 tak mungkin bahkan bisa ku pastikan dia berbohonng jika berkata tak mengenal paling tidak salah satunya. Taruhlah Stay together for the kids, salah satu nomer paling dikenal milik Blink 182 sebagai himne pada kejayaan MTV yang sekarang digantikan acara musik pagi dimana kualitasnya bisa dibilang sudah kelewatan buruk  seperti dahsyat atau inbox. Fat Lip milik SUM41 yang mengawali kegilaan kita mengenal Guitar Hero atau Basket Case nya Greenday yang tanpa sadar selalu mengalun saat kita mengejar trick-trick susah pada game Tony Hawk / BMX di Ps2 dan aku yakin kamu akan bersing a long dengan lagu-lagu itu. Jika tidak!? Mungkin masa kecil mu memang sudah tak tertolong. Lebih dari itu mungkin kamu mengidolakan salah satunya.

Radiohead menjadi bahasan ku karena mereka adalah salah satu idolaku. Di samping banyak sekali alasan, selain tentunya melihat betapa hebatnya karya-karya mereka, idealisme mereka sebagai musisi Rock yang susah di tebak, nyeleneh, eksperimental, dan atribut-atribut yang rasanya tak akan pernah bisa di maknai dengan benar oleh anak sekarang yang tumbuh dengan menyaksikan Bieber menggantikan Jackson, Tupac di gantikan Eminem, dan Snoop Dog menyatakan bahwa dirinya adalah reinkarnasi Bob Marley lalu berganti nama Snoop Lion. Parah! Lebih gak mungkin lagi kelihatannya.


Radiohead sekarang mungkin sudah jauh sekali berbeda jika dibandingkan dengan Radiohead dulu. Kalian mungkin berasumsi; Radiohead tak berhak untuk terlalu banyak melakukan perubahan pada musiknya. Mungkin juga tak rela menyaksikan Radiohead yang pada awal kemuculannya sempat di anggap sebagai penerus tahta Psychedelic Rock milik Pink Floyd lewat album OK Computer menjadi seperti sekarang, mungkin tak tega menyaksikan perubahan yang terlalu habis habisan pada Radiohead yang sempat mengobrak abrik era boyband 90’ serupa kegilaan Rock David Gilmour dkk yang menyampaikan bagaimana tebalnya linear antara kematian dan agama lewat “The great gig in the sky” di era hippies. Menaruh simpati pada Radiohead yang mengajarkan dan menyadarkan bahwa hidup tak hanya tentang masalah perasaan vertical pada sesama saja. Lebih dalam lagi mengeryitkan dahi untuk Radiohead yang sempat tiba-tiba seperti kerasukan arwah Kurt Cobain pada album Pablo Honey. Juga ingin meneriaki secara tertahan pada Radiohead yang memberikan paket musik urakan namun sopan dalam dua album The Bends dan Fake Plastic Trees. Karena rasanya telinga kita akan baik baik saja jika mereka tetap berkarya sebagaimana mereka dulu. Rasanya kita akan tetap menempatkan mereka sebagai “Radiohead” walaupun tanpa banyak inovasi seperti yang kita saksikan. Tapi nyatanya mereka sekarang seperti yang bisa kita lihat pada video klip Lotus Flower. Yaaa seperti itulah.

Aku sendiri sebenarnya tak begitu mengikuti Radiohead di luar album-album di atas. Alasannya karena sebelum kegilaan ku pada Radiohead kembali sekitar 2 tahun lalu, aku sempat menyibukkan masa SMP – SMA ku dengan mencari angin pada banyak sekali genre musik. Mulai dari membaca kisah-kisah Joe Strummer / Sid Vicious yang menjadi missionary ajaran bernama Punk. Meminjam ( baca : mengambil paksa) beberapa kaset tape band band Rock milik mbak Lia. Sempat memasang poster Led Zeppellin, Queen, Beatles, bahkan Pantera di kamarku. Pernah tak sengaja membeli CD Efigy of the forgotten dari Suffocation yang bisa dibilang sebagai awal kecintaan ku pada death metal. Sempat sibuk membuka browser dan opera ini untuk mencari referensi dan membaca sejarah folk pop. Bahkan sempat berkenalan dan mengenal dekat post Rock. Jadi Radiohead bisa dibilang sempat hilang dari daftar playlist di hp ku. Tapi ketika tau mereka masih ada, walaupun dengan karya-karya yang sudah sama sekali berbeda dari yang aku kenal dulu aku bersyukur masih bisa menerima mereka sebagai Radiohead


Bermula pada suatu malam di 2012 saat sepupuku Anind  (orang yang selalu nanya apa dia gendut. Padahal mugkin berat badannya gak lebih dari 5 slop Marlboro) sedang patah hati tiba-tiba sudah duduk di depan rumah, aku tau niat akhirnya sih curhat. Tapi ngomongnya kebetulan lewat dan mau ngajak  ngebeer ( iya dia memang se licik itu). Sebenernya ga ada yang istimewa dari bahan obrolan, atau lebih tepatnya ratapan ratapan Anind, tentang kisah patah hatinya. Atau Anind nya sendiri. Cuma aja setelah beberapakali sesi membosankan dan beer kalengan yang ENGGAK DINGIN yang di bawa Anind hampir habis, playlist random di hpnya memutar Nude yang akhirnya aku tau adalah salah satu lagu Radiohead dari album In Rainbow. Dan komentar ku saat itu seperti; kok enak, lagu siapa nih? Karakter vocalnya kok mirip Thom York? Dan seperti biasa, dengan pilonnya Anind menjawab; gak tau siapa yang kamu maksud, tapi yang jelas ini lagunya Radiohead  (bukti kalau anak sastra ga selalu lebih pintar dari anak komunikasi. Oh ya yang anak sastra Anind).  Setelah itu aku sudah tak menganggap penting apa bahasannya Anind atau Anind nya sendiri, tangan dan mata ku fous ke hp mencari-cari album Radiohead yang sempat ku lewatkan. Aku download beberapa lagu, pake headset. Kelar deh… habis itu Anind pulang dan aku jatuh cinta semalam penuh pada Nude, hingga esok harinya, hingga dua hari kemudian, hingga satu bulan kemudian, dan hingga dua tahun kemudian. Hingga sekarang.

Memaang, mungkin akan aneh jika mengingat bagaimana mereka dulu. Akan janggal jika hanya melihat bagaiamana mereka yang sudah kita labeli sebagai  band Rock dengan sound yang khas, mereka yang dipimpin oleh seorang vocalis yang kharismatik yang dimana beberapa personilnya sendiri pernah bosan dengan ketenaran lagu Creep kemudian berikrar untuk tak membwakan lagi lagu tersebut pada show show nya, memberikan Bloom dengan nuansa out of space nya seperti sekarang. Lebih aneh lagi jika mengingat Radiohead adalah satu dari sedikit band yang tetap eksis dengan personil yang itu-itu saja. Yaa memang akan wajar jika sebuah band mengalami perombakan musik saat 1 atau 2 personilnya hengkang, tapi Radiohead? Mereka bahkan tak pernah memberi nama baru pada tubuh bandnya. Yang itu berarti mereka bukan lah band yang suka bongkar pasang personil. Radiohead juga bukan band nir instrument seperti kelompok-kelompok musisi kekinian. Mereka memiliki 2 gitaris tetap, bahkan Thom York memiliki kemampuan yang mumpuni untuk mengacak-acak karyanya sendiri  dengan petikan british anehnya yang kadang over improve. Bukan hanya itu saja, Johnny Greenwood malah bisa dikatakan salah satu gitaris hebat yang lahir dari eranya. Aku rasa namanya sejajar jika di sandingkan dengan Mark Tremonti, Tim Amstrong, Tom Morello, Wes Borlan.

Tapi jika hanya melihat mereka dari beberapa hal tersebut aku tak akan pernah bisa menikmati Nude seperti sekarang. Keheranku pada perubahan Radiohead memang tak berlangsung lama karena aku sadar tetap harus menerima mereka sebagai salah satu childhood heroes ku, sebagai salah satu band yang ku puja dan menyelamatkan masa kecilku dari Westlife / Backstreet Boys.
Aku sadar pada akhirnya akan tetap menambahakan lagu-lagu mereka pada playlist favorit di hp ku. Aku harus memaklumi bagaimana batas kreasi mereka ternyata jauh melebihi pola pikirku yang sempat memandang Radiohead hanya sebagai band Rock. Maka aku tetap menerima album-album mereka yang orang bilang aneh, nyeleneh, terlalu modern, analog dll untuk rasa terimakasih ku atas karya karya mereka terdahulu. Dan sebagai fans, aku tetap bisa menikmati lagu-lagu Radiohead baik yang seperti Karma Police ataupun yang seperti Bloom karena aku sudah tak melihat Radiohead hanya dari segi band Rock. Aku sadar mereka lebih dari itu dan memang seharusnya mereka tak hanya di pandang dari sisi itu saja, mereka lebih dari itu semua. Radiohead melebihi banyak hal yang orang perdebatkan tentang bagaimana mereka seharusnya. Karena mereka Radiohead!

 
| - |