Sunday, March 10, 2013

AGAMA pada kolom tanda pengenal






NIK. Nama. Tempat Tanggal Lahir. Jenis Kelamin. Alamat. Pekerjaan. Masa berlaku tanda pengenal tersebut. & kewarganegaraan. Aku rasa sudah cukup untuk mengisi kolom kolom pada kartu tanda pengenal yang biasa kita kenal dengan kartu tanda penduduk / KTP yang lazim dipakai di republik ini. Hapuskan saja agama dari kolom
KTP dan aku yakin tak akan berpengaruh kepada kita, tak akan ada hal besar yang terjadi pada kita jika hal itu dilakukan. Memangnya apa yang akan terjadi? Tak ada! Aku berani bertaruh!

Aku bukan Atheis atau orang dari kelompok kelompok yang merasa dirugikan dengan dicamtumkannya agama pada kolom tanda pengenal, memangnya apa ruginya untukku! Hanya saja menurutku agama (dengan A kecil) memang sudah seharusnya berada di luar domain domain kenegaraan seperti NIK, Nama, TTL DLL.  Negara tak bisa (dan seharusnya memang tak akan pernah bisa) mengatur atau mencampuri domain keagamaan. Semisal mengatur boleh dan tidaknya seseorang untuk beribadah, siapa yang berhak dan tak berhak beragama, siapa yang harus beragama A dan siapa yang beragama B. Hal hal seperti itu sudah ada dan di atur di dalam domain keagamaan jauh berada di lur domain kenegaraan, itu hak tiap orang. Bukankah begitu? Selain itu agama ditakutkan (dimana biasanya memang) menjadi variable diskriminatif yang paling diskrimnatif. Seperti yang sudah, sedang atau (semoga tidak) akan terjadi. Lagipula kenapa harus memasukkan agama pada kolom tanda pengenal jika yang diakui dan dimasukkan pada kolom tersebut hanya 5 agama saja, bagaimana dengan agama agama local/ bagaimana dengan kaharingan, toluttang, kejawen dll? Apa pernah kita melihat salah satu agama tersebut ada pada kolom kartu tanda pengenal!?  Apa  sudah tidak ada penganut agama / kepercayaan local tersebut? Aku yakin masih banyak. Masih banyak saudara saudara kita yang di pedalaman, saudara saudara kita yang di pelosok yang masih memegang teguh dan mempercayain agama agama local yang sudah ada sejak zaman nenek moyang tersebut. Mungkin bagi orang orang modern seperti kita agama agama yang mereka masih pegang hingga saat ini lebih pantas di sebut sebagai kepercayaan, klenik,  animism atau apalah! Belum lagi masih ada beberapa teman teman atau saudara kita yang menjadi agnostic hingga atheis, dengan pemahaman mereka sendiri tentang konsep agama – tuhan. aku tak tau hingga sedalam mana sesama kita memahami atau mengartikan konsep ketuhanan hingga sebegitu gampangnya mencap paling ini dan paling itu di tengah mereka yang kurang ini dan kurang itu. Menganggap menjadi yng paling benar dan yang lain salah. Menganggap menjadi yang palig bersih dan yang lain kotor sehingga masih harus dibersihkan. Ok. Maaf ini menyimpang, seharusnya pembahasan tersebut tak ada disini. INTERMEZZO :D

Kembali pada ktp. Sebagaimana mestinya dan seperti maksud dari pembuatan awalnya. Ya sudah pasti sebagai tanda pengenal . dan skali lagi, menurutku NIK. Nama. Tempat Tanggal Lahir. Jenis Kelamin. Alamat. Pekerjaan. Masa berlaku tanda pengenal tersebut. & kewarganegaraan sudah cukup untuk mengisi  kolom kolom pada kartu tanda pengenal , sudah sangat cukup banget! Penambahan agama pada kolom kolom tersebut masih cukup klise di benakku. Menurutku kepercayaan seseorang cukup ada pada dirinya dalam hal ini adalah hati – pikiran, tak perlu di cantumkan di kertas yang ukurannya tak lebihh dari 5x4 cm. apakah saat bertemu dengan seseorang di suatu tempat dan kita terlibat perbicangan singkat dengan orang tersebut, apakah agama adalah hal yang pertama dia tanyakan? Bukankah biasanya nama, alamat, atau dari mana hendak kemana.? Benar begitu kan?  Karna kenapa? Karna agama itu adalah hal yang primer, agama itu bersifat personal! Orang asing akan merasa cukup untuk memulai pembicaraan dengan tau nama kita, selebihnya dia tak akan peduli. Dan bukankah aneh jika saat terlibat perbincangan singkat dengan orang yang baru kita kenal tapi malah agama yang pertama kli ditanyakan oleh orang tersebut, aku yakin bukannya mendapat kesan yang baik, Kita akan merasa risih, dan aneh kepada orang tadi, bahkan kita akan mencapnya sara, atau akan berpikiran macam macam kepada orang tersebut, karna merasa langsung di suguhi pertanyaan yang tidak wajar untuk memulai suatu perbincangan. Dan skali lagi dengan dicantumkannya agama pada kolom tanda pengenal ditakutkan bukannya memberi kebaikan tapi akan menimbulkan variable diskriminatif yang paling diskriminatif seperti yang terjadi selama ini. Dimana agama dijadikan sebagai parameter pembeda tentang siapa teman siapa lawan. Siapa musuh siapa kawan, dan dimana algoritme yang dipakai pun biasanya berasal dari luar domain yang menjadi factor.

Aku tau ini terdengar sulit dan bahkan mustahil. Akan banyak penentangan dari orang orang kanan jika dilakukan. Mungkin sekarang kalian berpikir aku gila. Tapi aku yakin aku tak sendirian,  aku yakin ada orang yang berpikiran sama dengan ku, dan aku harap nantinya, meskipun saat aku sudah tak ada sekalipun akan ada orang yang berani mengutarakan hal ini. dan akan hebat jika dia adalah orang yang memiliki kekuasaan dan bisa merealisasikannya.

SEKIAN , TERIMAKASIH!!!

0 komentar:

Post a Comment

 
| - |