Fenomena "fashion" dalam scene musik underground kalimantan timur
beberapa tahun terakhir cukup unik. Mungkin jika 2 tahun yang lalu
tshirt yang banyak dipakai adalah tshirt dari band-band death metal -
brutal death metal, dari disgorge, gorgasm hingga viraemia. Yang
kebanyakan bootleg dengan warna sablon dan motif yang kadang menyalahi
pakem. Kini atau paling tidak semenjak awal tahun 2013 saya lihat
artwork artwork pada tshirt berwarna segmented yang bahkan juga
dipakai oleh amor tadi berganti menjadi huruf balok dengan kata kata
khas musik perlawanan ala hardcore.
Entah bagaimana awalnya sampai fenomena seperti ini bisa terjadi, tapi
hal seperti inilah yang sedang terjadi di scene musik bawah tanah di
Kalimantan Timur. Terlebih pada scene musik hardcore. Kini muncul
semacam degradasi pemahaman tentang semangat yang diusung oleh para
'pelaku' hardcore terdahulu. Nilai-nilai sakral tentang solidaritas
dan semangat 'pembangkangan' yang memang gencar disuarakan, bergeser
menjadi budaya baru yang seringkali hanya berbicara soal fashion dan
pembentukan identitas diri untuk show-off di depan khalayak ramai.
Pelakunya kebanyakan adalah anak-anak yang masih duduk di bangku
SMP/SMA. Usia yang masih sangat rentan dengan pengaruh arus budaya
asing dan indoktrinasi tentang paham atau ajaran baru.
Saya beranggapan, bahwa perlu ada penyamaan koridor tentang pemahaman
spirit hardcore di antara generasi awal dengan generasi baru, agar
tidak ada ke buraman anggapan tentang mengenai siapa meniru siapa,
siapa perintis siapa pengikut, juga tentang siapa yang salah dan siapa
yang benar.
Bicara hardcore adalah bicara tentang persahabatan, solidaritas, dan
prinsip perlawanan kepada segala sesuatu yang dinilai mapan. Penikmat
dan pelaku hardcore generasi terdahulu tentu paham betul mengenai hal
ini, karena pada era musik apapun sebuah generasi tumbuh dan kembang,
akan selalu ada alasan kenapa seseorang memilih untuk berada pada
jalur musik tertentu. Dan tentu alasannya bukan karena Fashion khas
komunitas tersebut.
Budaya adalah siklus berulang. Apa yang kini kita lihat dan maknai
sebagai budaya, bukan tidak mungkin adalah kemasan daur ulang dari
hasil pemikiran generasi sebelumnya. Begitu juga dengan budaya
Hardcore yang kini sedang (kembali) mengemuka di kalangan generasi
muda. Di tengah 'gelombang invasi' budaya kekinian (K-Pop, J-Pop,
Brit-Pop, American Style, dsb), ada sebagian kecil golongan yang
menciptakan budaya tandingan alih-alih mengikuti budaya yang sudah
ada. Semangat inilah yang mendasari sebagian generasi muda yang kini
self-proclaimed sebagai "anak-Hardcore".
Namun, semua definisi hardcore jika kita googling sangat kontradiktif
ketika berhadapan dengan kultur Hardcore yang ada di Indonesia.
Khususnya pemaknaan ideologi di generasi muda. Di kalang an generasi
muda, hardcore banyak dimaknai sebagai musik kencang yang apabila
didengarkan, akan sedikit meningkatkan 'strata-gaul' mereka di
lingkungan sekitar. Mereka akan dianggap sebagai seorang hipster yang
memang ingin tampil beda, dan dipandang memiliki selera musik yang
tidak biasa. "Hanya ikut-ikutan seorang teman yang lebih tahu saja'
jawaban seperti ini lah yang keluar jika di tanya tentang hardcore.
Budaya ikut-ikutan inilah, yang sebetulnya sangat disayangkan oleh
banyak kalangan. Mengingat ada berbagai pergerakan dan pesan yang
ingin disampaikan oleh para penggiat hardcore generasi sebelumnya.
Sebagai contoh, bukanlah sesuatu yang mengagetkan lagi ketika kita
jumpa dengan seorang anak muda yang mengklaim sebagai seorang
"Straight Edge" Meneruskan ajaran mulia MacKaye (Minor Threat),
dengan memasang tanda silang di tangannya, namun saat itu juga ia
sedang merokok atau dengan identitas ke-khasannya malah mengkonsumsi
alkohol sebelum masuk ke gigs. Ini salah!
Dengan memakai tanda sebagai pecinta hardcore anda akan dapat
memunculkan stigma di masyarakat. Jangan sampai karena kelakuan buruk
satu atau dua individu membuat masyarakat melakukan generalisasi
kepada seluruh penggemar hardcore.
Sebetulnya, banyak yang merasa baik-baik saja ketika jumpa dengan
fenomena yang seperti disebutkan di atas. Akan tetapi banyak pula yang
merasa bahwa harus selalu ada konsekuensi ketika kita, ketika kita
tidak mengerti latar belakang dan pesan apa yang ingin disampaikan
oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya, tentu saja sia-sia.
Apalagi ketika sudah show-off dengan identitas ke-khasannya.
Di satu sisi, ekspektasi generasi sebelumnya akan pemahaman ideologi
Hardcore di kalangan generasi muda pun kadang tidak dibarengi dengan
usaha untuk merangkul dan memberikan pemahaman sebagaimana mestinya.
Kecenderungan untuk bersikap konservatif, dan merasa bahwa style
Hardcore yang diemban oleh generasi sekarang ini tidak dijalankan
dengan benar , tanpa mau meberi arahan ataupun pembelajaran kepada
mereka. Sehingga ada jurang pemisah antara generasi lama dengan
generasi baru. Namun seperti yang sudah di ungkapkan sebelumnya, yang
terpenting dari mencintai sesuatu adalah memahaminya secara
keseluruhan. Memang, edukasi dari berbagai pihak tentang ideologi
Hardcore itu penting, namun yang Jauh lebih penting adalah kesediaan
untuk mempelajari segala sesuatu yang sudah mereka pilih untuk
digemari.
Style atau gaya berbusana dalam musik hardcore berbeda dengan aliran
lainnya. Hardcore cenderung lebih ke gaya hidup, secara subjektif
hardcore tidak mempunyai ciri khusus. Tidak seperti punk yang
mempunyai ciri pada rambu - celana ketat atau black metal dengan corps
paint - atribut lainnya. Tren berpakaian hardcore di kalangan anak SMA
dengan tshirt oversize dan ikat kepala itu hanya sebuah fashion.
Hardcore tidak bisa dilihat dari sisi fashion-nya saja. hardcore itu
berbeda dengan aliran musik lainnya karena musik hardcore adalah musik
tentang perlawanan terhadap ketidakbenaran yang terjadi disekitarnya.
Jadi individu maupun komunitas Hardcore dianggap berbeda dan minoritas
karena mereka tidak mengikuti apa yang terjadi tetapi melawan arus.
Para penggiat hardcore terdahulu sering mengatakan, "jangan hidup
untuk hardcore, tetapi hardcore untuk hidup". Artinya hardcore
merupakan pilihan hidup tapi bukan berarti hidup selalu tentang dan
segalanya untuk hardcore. Ada hal lain yang diperjuangkan, dengan
hardcore lah memperjuangkannya!
0 komentar:
Post a Comment