Segala sesuatu memang harus memiliki jeda. Jeda tenang pada ikatan yang melingkari keberadaan kita, jeda tenang pada hubungan yang melindungi perasaan kita, jeda tenang pada apa yang akan kita lakukan nantinya, jeda tenang pada semua pengucapan doa yang sempat tertunda, dan tak sempat kita ucapkan. Juga teruntuk jeda tenang pada lebih mensakralkan harapan dalam tak mengulangi lagi kesalahan sama yang sebelum jeda ini benar benar memiliki arti berjeda terjadi dan kemudian kita rasakan seperti saat ini misalnya.
Bukannya ingin mempermalukan diri di hadapan waktu atau tak berisyarat setia pada semua yang mengamini adanya kita dan hubungan indah beribu hari kebelakang dalam skala dua persatu. Aku dan kamu
Bukannya ada ketenangan lain yang hadir lalu menghentikan beberapa langkah pasti yang sama sama kita lihat lewat bayangan diri yang tak sekedar membayang berkelebat. Bukannya begitu karna ini atau begini karna itu seperti yang salah satu dari kita terka. Bukannya menghadirkan dalih perlawanan diri dalam bentuk penolakkan pernyataan tapi sudah waktunya, sudah waktunya segala hal yang kita rasa dalam turunan waktu dan kita beri makna pada rentan aku bagi mu dan kamu untuk ku untuk punya celah menghela nafas. Untuk punya keleluasaan dalam hal merasakan kebebasan moment walau sejenak, walau sesaat.
Aku tau kamu tak akan pernah bisa memahami bagaimana ini bagiku. Aku tau ini terlalu rumit untuk bisa kau cerna sebagaimana adanya dirimu.
Tapi bukan, aku tak sedang menyampaikan keluh kesah ku lewat susunan kalimat bernada serupa puisi. Aku tak sedang resah akan jarak dan waktu yang tak jua sama. Hanya saja sepertinya jeda yang ku katakan sudah akan memenuhi janjinya untuk hadir di tengah kita. Biarlah, sebelum maknanya menjadi berbeda dan segalanya tak lagi sama :)
0 komentar:
Post a Comment